Jumat, 29 Juni 2012

Filsafat Socrates


SOCRATES
A.      Sejarah Biografi Socrates
Socrates merupakan filsuf pertama yang dilahirkan di Athena pada tahun 470 sebelum Masehi dan meninggal pada tahun 399 sebelum Masehi. Bapaknya bernama Sophroniskos adalah seorang pemahat (pembuat) patung dan ibunya bernama Phainarete yang berprofesi sebagai seorang bidan. Socrates menikah pertama kali dengan Mirtos (Diogenes Laertius, II, 26) dan ketika Socrates sudah cukup berumur, Ia menikah yang kedua kalinya dengan Xantippe (Xenophon, Simposium, II, 10). Pada pernikahannya yang kedua dengan Xantippe mereka tidak bahagia tetapi mereka dikaruniai tiga orang anak.
Pada awalnya Socrates ingin menuruti jejak bapaknya menjadi seorang pemahat patung. Tetapi pada akhirnya ia berganti profesi menjadi seorang filsuf.
Seperti halnya dengan para kaum sofis Socrates juga memberi pelajaran kepada rakyat. Sama halnya dengan para kaum sofis ia mengarahkan perhatiannya kepada manusia. Perbedaannya dengan para kaum sofis bahwa socrates tidak memumungut biaya bagi pengajarannya.
Maksud dan tujuan ajaran-ajarannya bukan untuk meyakinkan orang lain supaya mengikuti dia, tetapi untuk mendorong orang supaya mengetahui dan menyadari diri sendiri. Socrates juga menentang relativisme kaum sofis, sebab ia yakin bahwa ada kebenaran yang obyektif1.
Socrates bergaul dengan semua orang baik tua maupun muda, kaya dan miskin. Ajarannya tidak pernah ditulis olehnya, melainkan dilakukannya dengan perbuatan, dengan cara hidup2.

 

2.Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani (Jakarta: Tintamas, 1986) hlm. 73
Oleh sebab itu pengetahuan kita atau sumber kita mempelajari tentang socrates adalah berasal dari para muridnya. Murid socrates ada banyak sekali dan tulisan tentang dirinya juga bermacam-macam. Pada umumnya pemberitaan yang dipandang sebagai pemberitaan yang lebih dapat dipercaya adalah pemberitaan dari Plato dan Aristoteles.
Socrates sangat demikian adilnya, sehingga Ia tak pernah berlaku zalim. Ia begitu pandai menguasai dirinya, sehingga Ia tak pernah memuaskan hawa nafsu dengan merugikan kepentingan umum. Dan ia demikian cerdiknya, sehingga ia tak pernah khilaf dalam menimbang baik dan buruk.
Socrates memiliki badan yang pendek, sedikit gemuk, mulutnya lebar, hidungnya botok dan matanya terbudur. Tetapi kekurangannya yang terdapat pada tampan dan perawakan tubuhnya diliputi oleh kelebihan budinya seperti jujur, adil dan baik.
Tabiatnya sehari-hari ialah berjalan sekeliling kota, mempelajari tingkah laku manusia dari berbagai segi kahidupannya dan ia jarang pergi keluar kota. Socrates kadang-kadang berada di tanah lapang yang disitu terdapat banyak sekali orang berkumpul dan kadang-kadang Ia juga berada di pasar.
Socrates memberikan berdialog dengan setiap orang yang Ia temui (ahli politik, pejabat, tukang, pelukis dan lain-lain) dan Socrates melontarkan pertanyaan kepada mereka tentang aktivitas mereka sehairi-hari seperti apa pekarjaan mereka dan sebagainya. Contoh Ia bertanya kepada seorang tukang tentang pertukangannya, dan bertanya kepada seorang pelukis tentang apa yang dikatakan indah.
Tujuan Socrates ialah mengajar orang mencari kebanaran. Sikapnya itu yang suatu reaksi terhadap ajaran sofisme yang merajarela pada waktu itu3.
3.Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani (Jakarta: Tintamas, 1986) hlm. 75
Socrates juga pernah mengikuti semacam wajib militer sebagai hoplites atau prajurit infanteri (pasukan jalan kaki). Ciri khas prajurit ini adalah mereka membiayai seluruh perlengkapannya. Socrates ikut dalam pertempuran di Potidea, Anphipoli dan Delio. Sedangkan terhadap hidup politik, Socrates bersikap amat alergi dan kritis meskipun bukan seorang apolitik.
Kematian Socrates terkait erat dengan tuduhan Anytos seorang tokoh politik yang ikut ambil dalam pemulihan sistem pemerintahan domokratis di Athena. Anytos menuduh Socrates tidak percaya dengan dewa-dewi yang diakui polis Athena dan malahan memperkenalkan doktrin-doktrin religius yang baru. Selain masalah religius, Anytos juga menuduh Socrates telah meracuni kaum muda dengan doktrin-doktrinnya yang sangat menyerang praksis politik dan hidup politis Athena masa itu. Socrates adalah ancaman bagi agama populer warga polis dan bagi stabilitas politik dan pemerintahan Athena. Ini semua tertulis dalam Apologia yang ditulis oleh Platon4.
Socrates pada akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya dari pengadilan.
B.       Pemikiran Socrates
1.      Jalan Pemikiran Socrates
Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori-teori sains yang telah mapan mengguncangkan keyakinan agama. Inilah yang menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates harus bangkit ia harus meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran yang umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Sebagian kebenaran memang relatif tetapi tidak semuanya. Sayangnya Socrates tidak meninggalkan tulisan. Ajarannya kita proleh dari tulisan-tulisan muridnya terutama plato, kehidupan Socrates (470-399 SM) berada ditengah-tengah keruntuhan imperium Athena. Tahun terakhir hidupnya sempat menyaksikan


keruntuhan Athena oleh kehancuran orang-orang Oligarki dan orang-orang Demokratis5.
Socrates dalam berfilsafat memiliki pemikiran yang berisikan :
-          Manusia harus hidup dengan tujuan kebaikan (eudoimonia) bukan semata-mata mengejar materi6
-          Jalan menuju kebaikan (arête) ialah kabajikan atau keutamaan7
-          Negara bertanggu jawab dalam membentuk moral rakyatnya8
Pemuda-pemuda Athena pada masa ini dipimpin oleh doktrin relatifisme dari kaum sophis sedangkan Socrates adalah seorang penganut moral yang absolute dan meyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filosof, yang berdasarkan idea-idea rasional dan keahlian dalam pengetahuan.
Bertens (1975; 85-92) menjelaskan ajaran Socrates sebagai beikut ini. Ajaran ini ditujukan untuk menentang ajaran relatifisme sophis. Ia ingin menegakkan sains dengan agama9.
Socrates memulai filsafatnya dengan bertolak dari pengalaman sehari-hari akan tetapi, ada perbedaan yang sangat penting antara sophis dan Socrates. Socrates tidak menyetujui relafisme kaum sophis.
Menurut pendapat Socrates ada kebenaran obyektif yang tidak bergantung pada diri kita sendiri untuk membuktikan adanya kebenaran yang obyektif, Socrates menggunakan metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan dan menganalisis pendapat-pendapat10.
2.      Pemikiran Politik Socrates
Pemikiran politiknya berawal di Yunani kuno. Pikiran Yunani secara sistematis menyelidiki watak dan jalannya institusi politik. Dalam rekaman sejarah, tercatat muncul suatu pola konsepsi sosial politik yang
5Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsasfat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra (Bandung: PT.         Remaja Rosdakarya, 2010) hlm. 53
6,7,8.Andrilolo,S.Fil.I, M.Phil
9,10. Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsasfat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010) hlm.54
mendasar dalam warisan kebudayaan dan intelektual Barat. Ide demokratis pun muncul. Di Yunani kuno problem-problem manusia dan Negara pertama kali diangkat kepermukaan, termasuk pada era Socrates.
Doktrin politik Socrates bahwa “kebijakan adalah pengetahuan” merupakan dasar bagi pemikiran politiknya mengenai Negara. Inilah salah satu pandangan politik Socrates dan amat penting dan belakangan berpengaruh terhadap pandangan politik muridnya, Plato11.
Meskipun Socrates tidak menuliskan banyak hal tentang yang berkaitan dengan pandangan-pandangan politiknya, tetapi kita dapat mendapatkan informasinya dari para muridnya dan lawan diskusinya.
Bagi Socrates prinsip politik juga mendasarkan pada etika yang ia simpulkan kebijakan adalah pengetahuan.
Mengenai kontribusinya yang lain, Socrates mengajarkan bahwa terdapat prinsip-prinsip moralitas yang tidak berubah dan universal yang terdapat pada hukum-hukum dan tradisi-tradisi yang beragam di berbagai belahan dunia. Dia menegaskan bahwa norma-norma kebenaran itu bebas dari dan penting untuk opini individu. Ketika para Shopis menyatakan bahwa hukum tidak lain kecuali konvensi yang muncul demi kemaslahatan dan bahwa kebenaran adalah apa yang dianggap benar individu. Socrates menjawab bahwa terdapat kerajaan alam yang supra_manusiawi yang peraturannya mengikat seluruh rakyatnya. Socrates mendasarkan pada hukum tersebut pada akal, konsepsi ini secara formal menjadi bagian dari pemikiran filosofis12.
C.       Metode Filsafat Socrates
Dalam menjalani hidupnya sebagai seorang filsuf, Socrates menggunakan metode-metode yang membantunya, beberapa metode tersebut adalah sebagai berikut :


11.Ali Maksum, Pengantar Filsafat, dari Masa Klasik Hingga Post Modernisme (Yogyakarta:Ar.Ruzz Media, 2011) hlm.62
12.Ali Maksum, Pengantar Filsafat, dari Masa Klasik Hingga Post Modernisme (Yogyakarta:Ar.Ruzz Media, 2011) hlm.63
1.      Dialektika
Metode yang digunakan Socrates biasanya disebut dialektika dari kata kerja Yunani dialegesthai yang berarti bercakap-cakap atau berdialog yang mempunyai peran penting didalamnya13.
Menurut Socrates Dialog adalah “wahana” berfilsafat. Jadi dialog itu “membuka” pikiran, “mencairkan” kebekuan pikiran, “melahirkan” pikiran dan “menuntut” perjalanan pikiran14.
Dalam metode ini Socrates mendatangi bermacam-macam orang (ahli politik, pejabat, dan lain-lainnya). Kepada mereka mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang mengenai pekerjaan mereka, hidup mereka sehari-hari dan lain-lainnya. Kemudian jawaban mereka pertama-tama dianalisa dan disimpulkan dalam suatu hipotesa. Hipotesa ini dikemukakan lagi kepada mereka dan dianalisa lagi. Demikian seterusnya sehingga ia mencapai tujuannya, yaitu : membuka kedok segala peraturan hukum yang semu, sehingga tampak sifatnya yang semu, dan mengajak orang melacak atau menelusuri sember-sember hukum yang sejati. Supaya tujuan itu tercapai diperlukan suatu pembentukan yang murni.

2.      Maieutika
Maieutika sering juga disebut dengan istilah metode kebidanan, karena dengan cara ini Socrates bertindak seperti seorang bidan yang menolong kelahiran seorang bayi “pengertian yang benar”15.
Maksudnya adalah Socrates menggunakan metode ini untuk membantu orang-orang mengetahui kebenaran dan jati dirinya.




13. Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsasfat Umum , Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010) hlm 54-55
14. Andrilolo, S.Fil.I, M.Phil
Dengan cara bekerja yang demikian, Socrates menemukan suatu cara berfikir yang disebut induksi, yaitu: menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal yang khusus. Umpamanya : banyak orang yang menganggap keahliannya (sebagai tukang besi, tukang septum dll) sebagai keutamaannya. Seorang tukang besi berpendapat bahwa keutamaannya ialah jikalau ia membuat alat-alat dari besi yang baik.
Untuk mengetahui apakah “keutamaan” pada umumnya, semua sifat khusus keutamaan-keutamaan yang bermacam-macam itu harus disingkirkan dan tinggal yang umum. Demikian dengan induksi akan ditemukan apa yang disebut definisi umum.
Socrates adalah orang yang menemukan, dan ternyata penting sekali artinya bagi ilmu pengetahuan.
3.      Ironi
Kata ironi berasal dari bahasa yunani yang bermakna bersikap pura-pura, cara seseorang berbicara, pura-pura menyetujui apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya, tetapi dengan senyuman, mimik dan sebagainya menyangkal pendapat orang itu. Oleh Socrates dipergunakan untuk membimbing lawan bicaanya kepada kebenaran16.
Socrates seringkali berpura-pura bertanya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sengaja dimaksudkan untuk membingungkan orang-orang terutama para kaum sofis. Karena jawaban-jawaban atas pertanyaan itu menjadi saling bertentangan, sehingga para penjawab ditertawakan orang banyak.
Segi positif dari metode ironi ini terletak dalam usahanya untuk mengupas kebenaran dari kulit “pengetahuan semu” orang-orang  tersebut.

D.      Etik Socrates
Etika (Etimologik), berasal dari kata Yunani “Ethos” yang berarti


16.Dick Hartoko, Kamus Populer Filsafat (Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada,2002),hlm.41
kesusilaan atau adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata Latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores” yang berarti juga Adat atau Cara hidup17.
Etika juga dapat disebut dengan filsafat moral18.
Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan Etika dipakai untuk mengkaji sistem nilai-nilai yang ada.
Pandangan Socrates mengenai kebijakan, yakni apa yang benar dan apa yang baik, bisa dinamakan filsafat moral rasionalistik. Filsafat moral rasionalistik merupakan pandangan yang menganggap pemikiran atau rasionalitas sebagai factor eksekutif atau domain dalam tingkah laku bermoral19.
Budi ialah tahu, kata Socrates. Inilah intisari dari pada etiknya. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Paham etiknya itu kelanjutan dari pada metodenya. Induksi dan definisi menuju kepada pengetahuan yang berdasarkan pengertian. Dari mengengetahui beserta keinsyafan moril tidak boleh tidak mesti timbul budi20.
Oleh karena itu badi adalah tahu, maka siapa yang tahu akan kebaikan dengan sendirinya terpaksa berbuat baik.
Menurut Socrates, manusia itu pada dasarnya baik. Seperti dengan segala barang yang ada itu ada tujuannya, begitu juga hidup manusia21.
Dari pandangan etik yang rasionil itu Socrates sampai kepada sikap hidup yang penuh dengan rasa keagamaan. Sering pula dikemukakannya bahwa Tuhan itu dirasai sebagai suara dari dalam yang menjadi bimbingan bginy dalam segala perbuatannya. Itulah yan disebut daimonion dan semua orang yang mendengarkan suara daimonion itu dari dalam jiwanya apabila ia mau.
17.Drs. Achmad Charris Zubair,Kuliah Etika (Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada,1995).hlm.13
18.Dick Hartoko, Kamus Populer Filsafat (Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada,2002),hlm.23
19.T.Z.Lavine, Petualangan Filsafat dari Socrates ke Sartre (Yogyakarta:Jendela,2002),hlm.12
20.Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani (Jakarta: Tintamas, 1986) hlm.83
21.Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani (Jakarta: Tintamas, 1986) hlm.83-84
Kesimpulan
Rasionalisme Socrates adalah suatu kebenaran dan kebenaran itu adalah segala sesuatu yang bersifat 0bjektif. Objektif dapat diartikan segala sesuatu yang bersifat  umum dan dapat di terima oleh semua orang dan anggapan semua orang itu sama terhadap suatu pengertian.
Dalam jalan pemikiran Socrates ini, dapat disimpulkan bahwa tugas manusia adalah untuk menjaga keselamatan jiwa lebih berharga dibanding dengan raga.
Jiwa bukan sekedar nyawa manusia, melainkan suatu azas hidup dalam arti yang lebih dalam yakni hakikat manusia sebagai pribadi yang bertanggung jawab.
Apabila manusia hanya sekedar hidup tidak ada artinya melaikan hidup secara baik dan bemanfaat begi orang lain. Untuk mencapainya, manusia harus mempunyai penglihatan dalam yang murni. Jika ia melakukan hal yang salah, maka ada yang tidak beres pada penglihatan tersebut. Maka yang paling pokok adalah membuat manusia mempunyai penglihatan dalam yang benar.

Daftar Pustaka

-          Hatta, Mohammad.1986.ALAM PIKIRAN YUNANI,Jakarta:Timtamas
-          Dick, Hartoko.2002.Kamus Populer Filsafat.Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada
-          T.Z.Lavine.2002.Petualangan Filsafat dari Socrates ke Sartre.Yogyakarta:Jendela
-          Drs. Achmad Charris Zubair. 1995.Kuliah Etika.Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada
-          Prof. Dr. Ahmad Tafsir.2010.Filsasfat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
-          Maksum, Ali.2011.Pengantar Filsafat  dari Masa Klasik Hingga Post Modernisme.Yogyakarta:Ar.Ruzz Media
-          Bambang Q. Anees & Rudia Juli A. Hambali.2003.Filsafat Untuk Umum.Jakarta Timur:Kencana

4 komentar: