SOCRATES
A.
Sejarah
Biografi Socrates
Socrates merupakan filsuf pertama yang dilahirkan di Athena pada
tahun 470 sebelum Masehi dan meninggal pada tahun 399 sebelum Masehi. Bapaknya
bernama Sophroniskos adalah seorang pemahat (pembuat) patung dan ibunya bernama Phainarete yang
berprofesi sebagai seorang bidan.
Socrates
menikah pertama kali dengan Mirtos (Diogenes Laertius, II, 26) dan ketika
Socrates sudah cukup berumur, Ia menikah yang kedua kalinya dengan Xantippe (Xenophon,
Simposium, II, 10). Pada pernikahannya
yang kedua dengan Xantippe mereka tidak bahagia tetapi mereka dikaruniai tiga
orang anak.
Pada awalnya Socrates ingin menuruti jejak bapaknya menjadi seorang
pemahat patung. Tetapi pada akhirnya ia berganti profesi menjadi seorang filsuf.
Seperti halnya dengan para kaum sofis Socrates juga memberi
pelajaran kepada rakyat. Sama halnya dengan para kaum sofis ia mengarahkan
perhatiannya kepada manusia. Perbedaannya dengan para kaum sofis bahwa socrates
tidak memumungut biaya bagi pengajarannya.
Maksud dan tujuan ajaran-ajarannya bukan untuk meyakinkan orang
lain supaya mengikuti dia, tetapi untuk mendorong orang supaya mengetahui dan
menyadari diri sendiri. Socrates juga menentang relativisme kaum sofis, sebab
ia yakin bahwa ada kebenaran yang obyektif1.
Socrates bergaul dengan semua orang baik tua maupun muda, kaya dan
miskin. Ajarannya tidak pernah ditulis olehnya, melainkan dilakukannya dengan
perbuatan, dengan cara hidup2.
2.Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani (Jakarta: Tintamas, 1986) hlm.
73
Oleh sebab itu pengetahuan kita atau sumber kita mempelajari
tentang socrates adalah berasal dari para muridnya. Murid socrates ada banyak
sekali dan tulisan tentang dirinya juga bermacam-macam. Pada umumnya
pemberitaan yang dipandang sebagai pemberitaan yang lebih dapat dipercaya adalah
pemberitaan dari Plato dan Aristoteles.
Socrates sangat demikian adilnya, sehingga Ia tak pernah berlaku zalim.
Ia begitu pandai menguasai dirinya, sehingga Ia tak pernah memuaskan hawa nafsu
dengan merugikan kepentingan umum. Dan ia demikian cerdiknya, sehingga ia tak
pernah khilaf dalam menimbang baik dan buruk.
Socrates memiliki badan yang pendek, sedikit gemuk, mulutnya lebar,
hidungnya botok dan matanya terbudur. Tetapi kekurangannya yang terdapat pada
tampan dan perawakan tubuhnya diliputi oleh kelebihan budinya seperti jujur,
adil dan baik.
Tabiatnya sehari-hari ialah berjalan sekeliling kota, mempelajari
tingkah laku manusia dari berbagai segi kahidupannya dan ia jarang pergi keluar
kota. Socrates kadang-kadang berada di tanah lapang yang disitu terdapat banyak
sekali orang berkumpul dan kadang-kadang Ia juga berada di pasar.
Socrates memberikan berdialog dengan setiap orang yang Ia temui
(ahli politik, pejabat, tukang, pelukis dan lain-lain) dan Socrates melontarkan
pertanyaan kepada mereka tentang aktivitas mereka sehairi-hari seperti apa
pekarjaan mereka dan sebagainya. Contoh Ia bertanya kepada seorang tukang
tentang pertukangannya, dan bertanya kepada seorang pelukis tentang apa yang
dikatakan indah.
Tujuan Socrates ialah mengajar orang mencari kebanaran. Sikapnya
itu yang suatu reaksi terhadap ajaran sofisme yang merajarela pada waktu itu3.
3.Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani (Jakarta: Tintamas, 1986) hlm.
75
Socrates juga pernah mengikuti semacam wajib militer sebagai hoplites
atau prajurit infanteri (pasukan jalan kaki). Ciri khas prajurit ini adalah
mereka membiayai seluruh perlengkapannya. Socrates ikut dalam pertempuran di
Potidea, Anphipoli dan Delio. Sedangkan terhadap hidup politik, Socrates
bersikap amat alergi dan kritis meskipun bukan seorang apolitik.
Kematian Socrates terkait erat dengan tuduhan Anytos seorang tokoh
politik yang ikut ambil dalam pemulihan sistem pemerintahan domokratis di
Athena. Anytos menuduh Socrates tidak percaya dengan dewa-dewi yang diakui
polis Athena dan malahan memperkenalkan doktrin-doktrin religius yang baru.
Selain masalah religius, Anytos juga menuduh Socrates telah meracuni kaum muda
dengan doktrin-doktrinnya yang sangat menyerang praksis politik dan hidup
politis Athena masa itu. Socrates adalah ancaman bagi agama populer warga polis
dan bagi stabilitas politik dan pemerintahan Athena. Ini semua tertulis dalam Apologia
yang ditulis oleh Platon4.
Socrates pada
akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana
keputusan yang diterimanya dari pengadilan.
B.
Pemikiran
Socrates
1.
Jalan
Pemikiran Socrates
Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan
teori-teori sains yang telah mapan mengguncangkan keyakinan agama. Inilah yang
menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates
harus bangkit ia harus meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran yang
umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Sebagian kebenaran memang relatif
tetapi tidak semuanya. Sayangnya Socrates tidak meninggalkan tulisan. Ajarannya
kita proleh dari tulisan-tulisan muridnya terutama plato, kehidupan Socrates
(470-399 SM) berada ditengah-tengah keruntuhan imperium Athena. Tahun terakhir
hidupnya sempat menyaksikan
keruntuhan
Athena oleh kehancuran orang-orang Oligarki dan orang-orang Demokratis5.
Socrates dalam
berfilsafat memiliki pemikiran yang berisikan :
-
Manusia
harus hidup dengan tujuan kebaikan (eudoimonia) bukan semata-mata mengejar
materi6
-
Jalan
menuju kebaikan (arĂȘte) ialah kabajikan atau keutamaan7
-
Negara
bertanggu jawab dalam membentuk moral rakyatnya8
Pemuda-pemuda
Athena pada masa ini dipimpin oleh doktrin relatifisme dari kaum sophis sedangkan
Socrates adalah seorang penganut moral yang absolute dan meyakini bahwa
menegakkan moral merupakan tugas filosof, yang berdasarkan idea-idea rasional
dan keahlian dalam pengetahuan.
Bertens (1975;
85-92) menjelaskan ajaran Socrates sebagai beikut ini. Ajaran ini ditujukan
untuk menentang ajaran relatifisme sophis. Ia ingin menegakkan sains dengan
agama9.
Socrates
memulai filsafatnya dengan bertolak dari pengalaman sehari-hari akan tetapi,
ada perbedaan yang sangat penting antara sophis dan Socrates. Socrates tidak
menyetujui relafisme kaum sophis.
Menurut
pendapat Socrates ada kebenaran obyektif yang tidak bergantung pada diri kita
sendiri untuk membuktikan adanya kebenaran yang obyektif, Socrates menggunakan
metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui
percakapan-percakapan dan menganalisis pendapat-pendapat10.
2.
Pemikiran
Politik Socrates
Pemikiran politiknya berawal di Yunani kuno. Pikiran Yunani secara
sistematis menyelidiki watak dan jalannya institusi politik. Dalam rekaman
sejarah, tercatat muncul suatu pola konsepsi sosial politik yang
5Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsasfat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales
sampai Capra (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010) hlm. 53
6,7,8.Andrilolo,S.Fil.I,
M.Phil
9,10.
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsasfat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra(Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2010) hlm.54
mendasar dalam warisan kebudayaan
dan intelektual Barat. Ide demokratis pun muncul. Di Yunani kuno
problem-problem manusia dan Negara pertama kali diangkat kepermukaan, termasuk
pada era Socrates.
Doktrin politik
Socrates bahwa “kebijakan adalah pengetahuan” merupakan dasar bagi pemikiran
politiknya mengenai Negara. Inilah salah satu pandangan politik Socrates dan
amat penting dan belakangan berpengaruh terhadap pandangan politik muridnya,
Plato11.
Meskipun
Socrates tidak menuliskan banyak hal tentang yang berkaitan dengan
pandangan-pandangan politiknya, tetapi kita dapat mendapatkan informasinya dari
para muridnya dan lawan diskusinya.
Bagi Socrates
prinsip politik juga mendasarkan pada etika yang ia simpulkan kebijakan adalah
pengetahuan.
Mengenai
kontribusinya yang lain, Socrates mengajarkan bahwa terdapat prinsip-prinsip
moralitas yang tidak berubah dan universal yang terdapat pada hukum-hukum dan
tradisi-tradisi yang beragam di berbagai belahan dunia. Dia menegaskan bahwa
norma-norma kebenaran itu bebas dari dan penting untuk opini individu. Ketika
para Shopis menyatakan bahwa hukum tidak lain kecuali konvensi yang muncul demi
kemaslahatan dan bahwa kebenaran adalah apa yang dianggap benar individu.
Socrates menjawab bahwa terdapat kerajaan alam yang supra_manusiawi yang
peraturannya mengikat seluruh rakyatnya. Socrates mendasarkan pada hukum
tersebut pada akal, konsepsi ini secara formal menjadi bagian dari pemikiran
filosofis12.
C.
Metode
Filsafat Socrates
Dalam menjalani
hidupnya sebagai seorang filsuf, Socrates menggunakan metode-metode yang
membantunya, beberapa metode tersebut adalah sebagai berikut :
11.Ali Maksum, Pengantar Filsafat, dari
Masa Klasik Hingga Post Modernisme (Yogyakarta:Ar.Ruzz Media, 2011) hlm.62
12.Ali Maksum, Pengantar Filsafat, dari
Masa Klasik Hingga Post Modernisme (Yogyakarta:Ar.Ruzz Media, 2011) hlm.63
1.
Dialektika
Metode yang digunakan Socrates biasanya disebut dialektika dari
kata kerja Yunani dialegesthai yang berarti bercakap-cakap atau berdialog yang
mempunyai peran penting didalamnya13.
Menurut Socrates Dialog adalah
“wahana” berfilsafat. Jadi dialog itu “membuka” pikiran, “mencairkan” kebekuan
pikiran, “melahirkan” pikiran dan “menuntut” perjalanan pikiran14.
Dalam metode ini
Socrates mendatangi bermacam-macam orang (ahli politik, pejabat, dan
lain-lainnya). Kepada mereka mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang mengenai
pekerjaan mereka, hidup mereka sehari-hari dan lain-lainnya. Kemudian jawaban
mereka pertama-tama dianalisa dan disimpulkan dalam suatu hipotesa. Hipotesa
ini dikemukakan lagi kepada mereka dan dianalisa lagi. Demikian seterusnya
sehingga ia mencapai tujuannya, yaitu : membuka kedok segala peraturan hukum
yang semu, sehingga tampak sifatnya yang semu, dan mengajak orang melacak atau
menelusuri sember-sember hukum yang sejati. Supaya tujuan itu tercapai
diperlukan suatu pembentukan yang murni.
2.
Maieutika
Maieutika sering
juga disebut dengan istilah metode kebidanan, karena dengan cara ini Socrates
bertindak seperti seorang bidan yang menolong kelahiran seorang bayi
“pengertian yang benar”15.
Maksudnya
adalah Socrates menggunakan metode ini untuk membantu orang-orang mengetahui
kebenaran dan jati dirinya.
13.
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsasfat Umum , Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra(Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2010) hlm 54-55
14. Andrilolo, S.Fil.I, M.Phil
Dengan cara
bekerja yang demikian, Socrates menemukan suatu cara berfikir yang disebut
induksi, yaitu: menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal
dari banyak pengetahuan tentang hal yang khusus. Umpamanya : banyak orang yang
menganggap keahliannya (sebagai tukang besi, tukang septum dll) sebagai
keutamaannya. Seorang tukang besi berpendapat bahwa keutamaannya ialah jikalau
ia membuat alat-alat dari besi yang baik.
Untuk
mengetahui apakah “keutamaan” pada umumnya, semua sifat khusus
keutamaan-keutamaan yang bermacam-macam itu harus disingkirkan dan tinggal yang
umum. Demikian dengan induksi akan ditemukan apa yang disebut definisi umum.
Socrates adalah
orang yang menemukan, dan ternyata penting sekali artinya bagi ilmu
pengetahuan.
3.
Ironi
Kata ironi berasal dari bahasa yunani yang bermakna bersikap
pura-pura, cara seseorang berbicara, pura-pura menyetujui apa yang dikatakan
oleh lawan bicaranya, tetapi dengan senyuman, mimik dan sebagainya menyangkal
pendapat orang itu. Oleh Socrates dipergunakan untuk membimbing lawan bicaanya
kepada kebenaran16.
Socrates seringkali berpura-pura bertanya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang sengaja dimaksudkan untuk membingungkan orang-orang
terutama para kaum sofis. Karena jawaban-jawaban atas pertanyaan itu menjadi
saling bertentangan, sehingga para penjawab ditertawakan orang banyak.
Segi positif dari metode ironi ini terletak dalam usahanya untuk
mengupas kebenaran dari kulit “pengetahuan semu” orang-orang tersebut.
D.
Etik
Socrates
Etika
(Etimologik), berasal dari kata Yunani “Ethos” yang berarti
16.Dick
Hartoko, Kamus Populer Filsafat (Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada,2002),hlm.41
kesusilaan atau adat. Identik dengan
perkataan moral yang berasal dari kata Latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya
“Mores” yang berarti juga Adat atau Cara hidup17.
Etika
juga dapat disebut dengan filsafat moral18.
Etika dan moral
sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral
atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan Etika
dipakai untuk mengkaji sistem nilai-nilai yang ada.
Pandangan
Socrates mengenai kebijakan, yakni apa yang benar dan apa yang baik, bisa
dinamakan filsafat moral rasionalistik. Filsafat moral rasionalistik
merupakan pandangan yang menganggap pemikiran atau rasionalitas sebagai factor
eksekutif atau domain dalam tingkah laku bermoral19.
Budi ialah
tahu, kata Socrates. Inilah intisari dari pada etiknya. Orang yang
berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Paham etiknya itu kelanjutan
dari pada metodenya. Induksi dan definisi menuju kepada pengetahuan yang
berdasarkan pengertian. Dari mengengetahui beserta keinsyafan moril tidak boleh
tidak mesti timbul budi20.
Oleh karena itu
badi adalah tahu, maka siapa yang tahu akan kebaikan dengan sendirinya terpaksa
berbuat baik.
Menurut
Socrates, manusia itu pada dasarnya baik. Seperti dengan segala barang yang ada
itu ada tujuannya, begitu juga hidup manusia21.
Dari pandangan
etik yang rasionil itu Socrates sampai kepada sikap hidup yang penuh dengan
rasa keagamaan. Sering pula dikemukakannya bahwa Tuhan itu dirasai sebagai
suara dari dalam yang menjadi bimbingan bginy dalam segala perbuatannya. Itulah
yan disebut daimonion dan semua orang yang mendengarkan suara daimonion itu
dari dalam jiwanya apabila ia mau.
17.Drs.
Achmad Charris Zubair,Kuliah Etika (Jakarta:PT.Rajagrafindo
Persada,1995).hlm.13
18.Dick
Hartoko, Kamus Populer Filsafat (Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada,2002),hlm.23
19.T.Z.Lavine,
Petualangan Filsafat dari Socrates ke Sartre (Yogyakarta:Jendela,2002),hlm.12
20.Mohammad
Hatta, Alam Pikiran Yunani (Jakarta: Tintamas, 1986) hlm.83
21.Mohammad
Hatta, Alam Pikiran Yunani (Jakarta: Tintamas, 1986) hlm.83-84
Kesimpulan
Rasionalisme
Socrates adalah suatu kebenaran dan kebenaran itu adalah segala sesuatu yang
bersifat 0bjektif. Objektif dapat diartikan segala sesuatu yang bersifat umum dan dapat di terima oleh semua orang dan
anggapan semua orang itu sama terhadap suatu pengertian.
Dalam jalan
pemikiran Socrates ini, dapat disimpulkan bahwa tugas manusia adalah untuk
menjaga keselamatan jiwa lebih berharga dibanding dengan raga.
Jiwa bukan
sekedar nyawa manusia, melainkan suatu azas hidup dalam arti yang lebih dalam
yakni hakikat manusia sebagai pribadi yang bertanggung jawab.
Apabila manusia
hanya sekedar hidup tidak ada artinya melaikan hidup secara baik dan bemanfaat
begi orang lain. Untuk mencapainya, manusia harus mempunyai penglihatan dalam
yang murni. Jika ia melakukan hal yang salah, maka ada yang tidak beres pada
penglihatan tersebut. Maka yang paling pokok adalah membuat manusia mempunyai
penglihatan dalam yang benar.
Daftar Pustaka
-
Hatta, Mohammad.1986.ALAM PIKIRAN YUNANI,Jakarta:Timtamas
-
Dick, Hartoko.2002.Kamus Populer Filsafat.Jakarta:PT.Rajagrafindo
Persada
-
T.Z.Lavine.2002.Petualangan
Filsafat dari Socrates ke Sartre.Yogyakarta:Jendela
-
Drs. Achmad Charris Zubair.
1995.Kuliah Etika.Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada
-
Prof. Dr. Ahmad Tafsir.2010.Filsasfat
Umum, Akal dan Hati
Sejak Thales sampai Capra.Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
-
Maksum, Ali.2011.Pengantar Filsafat dari Masa Klasik Hingga Post Modernisme.Yogyakarta:Ar.Ruzz
Media
-
Bambang Q. Anees & Rudia Juli A. Hambali.2003.Filsafat
Untuk Umum.Jakarta Timur:Kencana